“Kalau kita sedekah senyum, maka dapatnya ya hanya senyum. Kalau kita sedekah uang ya dapatnya uang juga…”, begitu kalimat khas Purdi Chandra di acara #pestawirausaha 2010 Balai Kartini dalam rangka Milad IV TDA.
“Jadi mari kita boros sedekah, karena hemat sedekah pangkal miskin dan boros sedekah pangkal kaya”
Audience benar-benar dibuat tergelak-gelak dengan tingkah polah ataupun celetukan ringan khas Purdi. Tidak terlihat kesan sombong dari Purdi, meskipun yang disampaikannya bisa ditafsirkan sebagai suatu kesombongan.
Audience sudah percaya bahwa apa yang disampaikan
adalah sebuah contoh nyata dari seorang yang kaya raya, kaya hati dan semua itu
berawal dari suatu perbuatan yang langka, “boros sedekah!”.
Sosok Purdi memang sosok kontroversial, setali tiga
uang dengan sosok Om Bob Sadino yang juga cukup kontroversial kalau sudah
bicara masalah bisnis.
Ini memang tipikal sosok yang jangan hanya didengar
apa yang diucapkannya tapi harus pandai mencari hikmah dari setiap kata yang
keluar dari mulutnya.
“Tuhan berjanji untuk mengabulkan semua doa kita,
artinya kalau Tuhan berjanji maka Tuhan telah berhutang pada kita. Gak mungkin
kan Tuhan kok punya hutang pada kita? Jadi pasti akan segera dibayar oleh Tuhan
apa yang dijanjikannya!”
Purdi memaparkan juga kiat-kiat bisnisnya. Ada 9
(sembilan) kiat yang disampaikannya. Dari nomor satu sampai nomor sembilan,
kiatnya hanya satu kata “ACTION“.
Tanpa action, maka semua cita-cita, semua ide, semua
mimpi hanya akan menjadi sebagai sesuatu yang hanya ada dalam pikiran kita dan
tidak akan pernah terwujud, karena Tuhan memang hanya akan mewujudkan apa yang
menjadi persangkaan kita kalau kita jemput persangkaan itu.
Secara berseloroh, Purdi selalu bilang bahwa orang
pandai (clever) susah menjadi pengusaha, karena semua harus direncanakan secara
detil, harus jelas BEP-nya (break event point) dan akhirnya tidak juga
melakukan action karena hitungannya belum juga masuk.
“Kenapa harus mikir kapan uang kita kembali? Kenapa
tidak berpikir bahwa uang itu tidak akan pernah kembali?”
“Belum juga memulai usaha kok sudah mikir uang
kembali, bagaimana ini?”
“Bisnis adalah action, sudah saatnya action dulu
yang dikedepankan baru kemudian dipikirkan bagaimana caranya agar bisnis
menjadi berkembang”
Tentu bagi penganut pemikiran model otak kiri yang
punya ciri terstuktur, urut, detil dan logis, maka ajakan Purdi ini seperti
suatu ajakan yang tidak masuk akal. Lebih kepada tindakan yang gila !
Bagaimana suatu bisnis dibuat tanpa perencanaan?
Lalu apa target yang akan dicapai kalau juga tidak punya target yang harus
dicapai?
Purdi memang mengajak semua audience untuk memakai
otak kanan dalam menjalankan bisnis. Otak kanan memang menangani masalah
kreatifitas, khayalan, bentuk atau ruang, emosi, musik maupun warna. Apa yang
masuk ke otak kanan, biasanya akan lebih lama tersimpan dibanding yang masuk ke
otak kiri (long term memory). Cara kerja otak kanan yang tidak terstruktur,
suka meloncat-loncat dan tidak detil membuat suatu hal bisa dipikirkan dengan
nyaman. Hidup menjadi indah saat kita memakai otak kanan.
Bisa kita bayangkan kalau kita menonton film kartun
dengan memakai otak kiri?
“Mana mungkin orang jatuh dari langit, digilas
mobil dan badannya menjadi gepeng bak selembar kertas kok masih hidup?”,
begitulah cara pikir memakai otak kiri dan tontonan film kartun akan
menjadikannya pusing karena semuanya tidak masuk akal. Akan berbeda kalau kita
memakai otak kanan, maka tontonan film kartun akan menjadi suatu tontonan yang
sangat menghibur.
Bagaimana cara kita berlatih otak kanan agar
berfungsi optimal?
Biasanya otak kanan ini dilatih dengan banyak
melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan fungsi otak kanan, misalnya
bernyanyi, main musik, membuat kerajinan tangan dll.
Purdi benar-benar menempatkan otak kanan sebagai
otak favorit untuk menjalankan bisnisnya. Sudah berapa ratus tempat kursus
Primagama yang didirikannya, padahal semua itu hanya diawali dengan uang
beberapa ratus ribu saja.
Ada nasehat yang umum dipakai sebagai pedoman dalam
berbisnis.
“Kalau tidak punya modal, silahkan buka usaha
dengan modal yang kecil-kecil saja"
Kalau tidak berpendidikan tinggi, maka buatlah
usaha yang tidak memerlukan pemikiran rumit”
Banyak contoh usaha yang kecil tetapi hasilnya bisa
besar.
“Kuncinya, kita harus on bisnis jangan in bisnis”
Kalau kita in bisnis, maka semua usaha kita harus
kita awasi agar bisa berjalan dengan baik. Saat kita sudah on bisnis, maka
usaha kita sudah kita serahkan pada para manajer, sehingga kita tinggal
mengelola manajerialnya saja.
Semua yang diceritakan Purdi memang suatu hal yang
sering tidak masuk akal, tetapi Purdi menunjukkan bahwa apa yang dia ucapkan
semua ada buktinya dan bisa diteorikan.
Banyak sekali contoh sedekah yang disampaikan dan
apa manfaat dari sedekah itu.
“Daripada memberi sedekah sedikit tapi ikhlas lebih
baik memberi sedekah banyak tapi tidak ikhlas”
“Memberi sedekah dengan ikhlas berarti kita masih
hanya orang biasa saja. Kita harus berani menembus batas ikhlas ini, kita harus
berani memberi sedekah yang membuat keheranan yang menerima sedekah kita”
“Kalau kita memberi sedekah dan yang kita beri
sedekah merasa biasa saja, maka kita belum boros sedekah. Boroslah bersedekah
dan tunggulah hasilnya”
Tepuk tangan membahana ketika akhirnya Purdi
menyelesaikan sesi berbaginya dalam acara #pestawirausaha 2010 dalam rangka
Milad IV Tangan Di Atas, sebuah komunitas wirausahawan yang paling besar saat
ini di Indonesia.
Berapapun uang anda, bersedekahlah setiap hari.
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba
Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah,
berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah
kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”