Wednesday 24 April 2013

Hidup Bukan Seperti Lampu Aladin

Hidup Bukan Seperti Lampu Aladin

Oleh: Syaripudin Zuhri

Tak ada kata menyerah dalam belajar dan berkarya. Tak ada kata putus asa untuk belajar sesuatu yang baru. Tak ada kata mundur untuk mencapai kemajuan. Terus bergerak dan berusaha sebisa mungkin, maju terus pantang mundur! Ayo bangkitlah!

Betapa banyak orang yang biasa-biasa saja pada awalnya, tapi karena semangatnya tinggi dan terus berusaha dan berjuangan menggapai apa yang dicita-citakan, pada akhirnya kesuksesan diraihnya. Apapun kata orang, bukan halangan untuk maju. Apapun pendapat orang, bukan batu sandungan yang mesti ditakuti. Apapun caci maki, hinaan orang atau mungkin ” dikecilkan ” atau ” disalahartikan ” bukan hantu yang menakutkan. Maju terus dan jangan menyerah!

Kerikil-kerikil tajam atau duri-duri yang berserakan sepanjang jalan kalau memang itu ada dihadapanmu, jangan mundur! Kalau perlu berdarah-darah dan terluka, jangan takut. Darah dan luka adalah asam garam kehidupan. Ayo bangkit terus dan bergerak maju.

Bekerja, berkarya dan berusaha dalam menempuh hidup dan kehidupan di mana saja adalah sama, akan ditemukan kesulitan, hambatan, rintangan, ujian, cobaan yang tida henti-hentinya, semakin tinggi karyamu dan usahamu, biasanya kesulitan, hambatan, rintangan, ujian, cobaannya juga semakin tinggi.

Ibarat pohon yang semakin tinggi, angin yang menghempasnya juga semakin kencang, bahkan bukan angin, namun sudah menjadi badai! Bila akarnya tidak kokoh dan kuat, maka pohon itu akan terhempas badai, patah, tumbang dan hencur berantakan.

Akar yang kokoh dan kuat itu adalah iman, energi iman akan membuat kokoh dan kuatnya seseorang dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian hidup. Iman yang kokoh dan kuat ibarat batu karang ditengah hempasan badai laut yang ganas, dia akan tetap berdiri, tak bergeser seincipun!

Bukan akhir perjalanan yang penting, jadi apapun kamu bukan masalah, tapi proses dalam perjalanan itu yang penting. Jangan menyerah dalam perjalanan, betapapun sulit dan melelahkan perjalanan tersebut. Tiada kesuksesan bila kamu tetap diam dan pasif, tidak melangkah dan tidak bergerak.

Yang sudah berjalan jauhpun belum tentu sampai ke tempat tujuan, apa lagi yang tidak pernah berjalan, tidak pernah bergerak. Hidup penuh dengan tantangan, ujian dan cobaa! Emas berlian yang dipakai dalam mahkota para raja dan ratu, mulanya adalah bongkahan, yang kemudian digosok, diasah, dibakar, dipanaskan dan sebagainya.

Coba lihat genteng yang di atas rumah, itu awalnya adalah tanah yang injak-injak manusia kebanyakan, lalau mengapa bisa di atas? Genteng yang di atas rmah sudah mengalami cobaan, ujian, rintangan, hambatan dan lain sebagainya. Lihat saja bagimana tanah sebelaum menjadi genteng.

Tanah itu dicangkul, diinjak-injak, diaduk-iaduk dengan air, dibanting-banting, dicetak, lalu di bakar, setelah itu dijemur. Masih belum selesai, dibawa ke matrial, diperjualbelikan, dan ketika akan naik ke atas setelah mengalami berbagai macam tahap, masih ada yang pecah saat di lemparkan ke atas, saat dijemur retak-retak, saat diangkut dan bergesekan dengan sesama genteng. Jadi “memang tidak semua genteng bisa sampai ke atas rumah! Hanya genteng yang sudah teruji yang bisa sampai ke atas!”

Begitu juga manusia, untuk sampai di puncak atau di atas, maka yang tak tahan menghadapi berbagai macam hambatang, rintangan, ujian, cobaan, hinaan, caci maki, sumpah serapah dan seterusnya ya akan tetap di bawah dan atak akan pernah sukses, sukses dalam arti sempit maupun sukses dalm arti luas. Pilihannya sekarang, apakah ingin menjadi manusia sukses? Jika jawabannya “iya”, maka harus siap menghadapi berbagai macam cobaan, ujian ataupun hinaan. Tak ada jalan kesuksesan semulus jalan tol! Jalan tol saja masih ada kelokannya, masih bisa macet, bahkan bisa macet total.

Dan ibarat di jalan tolpun, yang jalan sudah begitu mulus, kecelakaan yang menimbulkan tabrakan maut tak kurang-kurangnya. Jadi di manapun perjalanan kehidupan ada saja rintangannya, ada saja hambatannya, ada saja ujiannnya, ada saja hinaannya, ada saja orang-orang yang tak suka, iri hati, dengki dan lain sebagainya. Kebanyakan manusia memang seringkali, ini sering saya ungkapkan, senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang! Itu karena banyaknya penyakit hati yang ada di dalam diri manusia.

Bila ada orang sukses, bukannya senang, tapi susah dan mengunjingkannnya, bukannya ikut senang dan mendorongnya untuk tetap maju dan berusaha terus dalam karya. Begitulah kebanyakan manusia, coba saja lihat, jika ada berita buruk lebih banyak dibaca di media cetak atau media elektronik. Namun bila ada berita baik mengenai seseorang, berita tersebut tak dibaca.

Kembali ke kerja keras untuk menuju sukses, itu sudah menjadi semacam syarat umum yang harus dimiliki oleh manusia, karena tak ada orang yang sukses hanya hasil “ongkang-ongkang” kaki sambil duduk di kursi goyang dan sambil manggut-manggut, lalu kesuksesan itu datang, atau tiba-tiba saja uang turun dari langit! Tak ada itu. Atau seperti ceritanya Aladin dengan lampu wasiatnya, digosok-gosok, lalu ke luarlah jin dan Aladin minta apa saja diberikan!

Hidup ini bukan seperti lampu Aladin, tapi butuh perjuangan. Jangankan yang belum ada, yang sudah ada di atas piring saja kalau tak ada usaha untuk mengambilnya dan menggiringnya ke mulut, maka proses makan itu tak akan terjadi. Jadi semuanya perlu usaha, perlu ikhitiar, perlu gerak.

Jangankan manusia biasa, para nabi dan rosul yang jelan-jelan manusia pilihan Tuhan, mereka bukan diam saja menungguh wahyu turun, tapi mereka juga bekerja. Bahkan Rosulullah SAW menggembelakan kambing ketika masih kecil, sudah ikut berdagang menjelang remaja dan menjadi “bisnismen” ketika menjadi pemuda. Dan ketika menjadi rosulpun Beliau tidak lantas berdiam diri saja, tapi ikut berperang, ke pasar, ikut mengangkut bata saat pembangunan masjid.

Jadi mengapa takut berusaha? Mengapa takut tak berhasil? Kesuksesan akan tercapai bila usaha dilakukan semaksimal mungkin dengan diringi doa tentunya, karena bagaimanapun manusia hanya punya ikhtiar, tapi yang menentukan tetap Tuhan. Ayo terus berjuang dalam hidup ini, tak ada kesuksesan tapi perjuangan.

Kalau kata Muhammad Iqbal, seorang Philosof dari Pakistan” setetes embun yang dikumpulkan oleh tangan sendiri terasa lebih manis” Jadi usaha itu penting, proses menjadi orang sukses itu lebih menyenangkan, karena sesuatu yang didapat dengan susah payah biasanya lebih dihargai ketimbang sesuatu yang didapat dengan cara mudah dan hasil pemberian orang lain. Hasil keringat sendiri lebih indah ketimbang sesuatu karena diberikan orang lain.

Atau masih takut atas hinaan orang karena telah berbuat sesuatu, kalau takut mari perhatikan pepatah Jerman yang berbunyi” Orang yang suka memfitnah mempunyai setan di atas lidahnya dan orang yang mendengarkan fitnah mempunyai setan di atas kupingnya” Begitu jelas bunyi pepatah ini, jadi mengapa takut pada fitnahan orang, mengapa harus mendengarkan fitnahan orang, kalau kata anak Betawi” Emanya Gue Pikirin”, ya EGP saja terhadap berbagai macam finah dan hinaan!

Orang yang suka memfitnah dan menghina orang lain, memang sangat senang kalau orang yang difitnah atau dihinanya itu hancur berantakan, karena memang itu tujuannya. Maka kalau difinah atau dihina lantas mundur dalam perjuangan atau menenggelamkan diri ke pojok-pojok dunia, maka yang tukang fitnah dan tukang hina akan semakin senang, karena sasarannya berhasil.

Ayo bangkit dan terus berjuang! Ingat sekali lagi, tak ada kesuksesan yang didapat tanpa ada proses untuk menggapainya dan di dalam proses itu akan ada, dan selalu ada hambatan, rintangan, ujian, cobaan dan selalu ada kerikil-kerikil tajam di sepanjang jalan kehidupan, hingga kaki ini berdarah-darah. Itulah hidup dan hidup memang perlu perjuangan dan sang pejuang tak kenal kata putus asa, tak ada kata mundur dan tak ada kata menyerah, apapun rintangan, ujian atau cobaannya. Karena sang pejuang selalu punya keyakinan: “ di balik awan ada matahari, di balik kesusahan akan ada kemudahan dan di ujung penderitaan itu ada kebahagiaan yang sedang menanti”

Moskow, 22 April 2013.

0 comments:

Post a Comment